TENS merupakan singkatan dari
(Transcutaneus Electrical Nerve Stimulation yang jika diartikan dalam
bahasa indonesia berarti Stimulasi Syaraf dengan Listrik melalui kulit. TENS
merupakan salah satu metode untuk menghilangkan rasa nyeri. Alat yang digunakan
secara umum terdiri dari sumber pembangkit listrik dengan energi yang berasal
dari baterai, beberapa kabel penghubung dan elektrode.
Terapi menggunakan TENS dilakukan
dengan cara meletakkan elektrode yang terhubung dengan sumber energi pada kulit
baik di area nyeri atau area yang lain di sepanjang jalur perjalanan syaraf.
Elektrode akan mengeluarkan aliran listrik dengan daya sebesar mili ampere.
Mekanisme kerja TENS dalam mengurangi rasa nyeri masih menjadi perdebatan para
ahli. Dua mekanisme yang paling mungkin adalah sensasi yang ditimbulkan dari
stimulasi listrik pada serabut syaraf yang terletak di kulit akan menutupi
sensasi nyeri yang hendak dikirimkan ke otak melalui serabut syaraf tersebut.
Mekanisme yang kedua adalah rangsangan listrik pada kulit dan serabut syaraf
akan menyebabkan tubuh mengeluarkan zat endorphin. Endorphin merupakan zat yang
menyerupai morphine tetapi diproduksi secara alami oleh tubuh. Mekanisme ini
juga terjadi pada terapi seperti akupuntur, pemijatan, kerok dan lain-lain.
Pada akhir-akhir ini, terapi TENS
mulai banyak digunakan di masyarakat untuk menghilangkan berbagai rasa nyeri.
Penggunakan paling sering adalah pada nyeri pinggang bawah. Pada cedera
olahraga, terapi TENS juga mulai mendapatkan tempat bagi rehabilitasi cedera
seorang atlet. Alasan yang paling utama adalah karena sedikitnya resiko terjadi
efek samping jika digunakan pada jangka waktu yang lama. Terapi TENS tidak
menyebabkan ketergantungan, tidak menyebabkan rasa kantuk dan tidak menyebabkan
gangguan organ seperti halnya obat-obatan jika digunakan jangka panjang. Namun
terapi ini tetap memiliki kekurangan yang harus tetap menjadi perhatian. Karena
menggunakan stimulasi listrik maka tidak boleh digunakan pada pasien yang
memiliki alat pacu jantung. Efek samping yang paling sering pada terapi TENS
adalah iritasi pada jaringan kulit tempat menempelnya elektrode.
Teknik ini dapat dilakukan di
klinik oleh profesional medis atau dapat dilakukan di rumah oleh si pasien yang
telah membeli peralatan TENS. Indikasi utama TENS adalah untuk manajemen nyeri
akut dan nyeri kronik non-keganasan. Tetapi, TENS juga digunakan sebagai terapi
paliatif untuk mengurangi rasa nyeri yang disebabkan oleh penyakit tulang
metastase dan neoplasma
Berkaitan dengan penanganan
cedera olahraga, terapi TENS sangat cocok diberikan pada olahragawan berusia
lanjut. Pemberian terapi TENS akan menjadi maksimal jika dilakukan di klinik
dengan pengawasan dokter rehabilitasi medik. Untuk mendapatkan hasil yang maksimal
terapi TENS biasanya akan dikombinasi dengan terapi-terapi yang lain. Hal ini
juga bermanfaat untuk mengurangi resiko efek samping jika hanya menggunakan
satu macam metode saja.
Kinesio
taping merupakan suatu materi sejenis lakban yang diciptakan menggunakan
teknologi tinggi. Pertama kali dikembangkan oleh seorang chiropractor asal
Jepang yang bernama Dr Kenzo Kase pada tahun 1970an. Lakban ini terbuat dari
bahan khusus yang sangat elastis seperti katun dan acrylic adhesive back.
Fungsi
utama dari lakban ini adalah untuk memberikan elastisitas lebih kuat bagi
otot-otot yang terasa kejang dan juga melindungi serta mendukung otot. Beberapa
orang juga menggunakan lakban ini untuk mencegah kemungkinan terjadinya cedera
karena kelelahan dan kejang pada otot. Beberapa pakar physiology of exercise
seperti Dr Stewart Bruce-Low juga mengakui bahwa pemakaian lakban seperti ini
dapat meningkatkan kekuatan dengan mengurangi energi yang hilang bersamaan
sewaktu melakukan pergerakan. Kinesio taping bukanlah barang ilegal dan
dilarang di dalam dunia olahraga karena memang tidak melanggar aturan.
Terlepas
dari itu, kini Kinesio taping telah hadir di dalam dunia olahraga sebagai eye-catching
accessory yang ikut menghiasi pertandingan-pertandingan. Dengan desain
permukaan seperti ular, lakban ini terasa sangat lengket di badan pemakai
sehingga tidak mudah terlepas. Kinesio taping ini juga sangat fleksibel dan
dapat dikenakan pada sebagian besar bagian dari tubuh yang memungkinkan kita
untuk melakukan gerakan penuh.
Banyak
kegunaan pada kinesio taping :
1. menghilangkan nyeri ,pegal pada otot yang tegang
2. mengurangi bengkak
3. mencegah kram pada otot
4. mencegah cedera saat olahraga
Cara Pemakaian
Kinesio Taping 1.
Sebelum ditempel, pastikan kulit harus bersih dari minyak atau air.
2. Pastikan memasang Kinesio Taping satu jam sebelum olahraga, mandi,
atau aktivitas lain yang menimbulkan keringat dan dekat dengan air. Hal ini
dimaksudkan agar plester tersebut melekat dengan benar di kulit.
3. Hindari pemakaian yang terlalu ketat agar terhindar iritasi
kulit.
4. Setelah terpasang, Kinesio Taping harus terus diusap dengan
tangan agar lem melekat dengan baik.Jangan menggunakan alat lain, seperti
hairdryer.
5. Kinesio Taping dapat digunakan selama tiga hingga lima hari.
6. Bagi pengguna baru, usahakan kondisi kulit tidak dalam kondisi
iritasi.
Spefikasi
1. Terdapat beberapa varian warna: biru, hitam, pink, beige
2. Terdiri dari dua macam ukuran, yakni 2,5 cm x 5 m dan 5 cm x 5
m.
Jenis Kinesio
Tape
Kinesio Tape yang kita kenal mungkin hanya yang melingkar pada bagian paha. Itu
tak lepas dari penggunaan yang dilakukan beberapa pemain di Premier League.
Namun, jenis dari plester tersebut sangatlah beragam. Mulai dari bahu,
pinggang, hingga bagian telapak kaki.
Berikut adalah beberapa macam tipe Kinesio Taping:
1. Groin Pre-Cut: Plester dipasang di bagian dalam paha. Biasanya
digunakan oleh atlet rugbi, sepeda,bulu tangkis, dan seni bela diri.
2. Right Shoulder Pre-Cut: Sesuai dengan namanya, plester ini
digunakan di bagian bahu hingga lengan bagian atas. Biasa digunakan oleh atlet
tenis, seni bela diri, dan golf.
3. Full Knee Pre-cut: Plester di pasang mulai dari paha lalu
melingkar di daerah lutut hingga ketulang kering. Biasa digunakan pebola, atlet
rugbi. dan atlet tenis.
4. Calf and Arch Pre-cut: Jenis ini dipasang di bagian betis
bagian atas hingga ke bagian telapak kaki.Atlet bersepeda, tenis, rugbi, dan
atlet lari sering menggunakannya.
5. Hamstring Pre-Cut: Plester ini dipasang sepanjang paha bagian belakang
(hamstring). Pemakaian kinesio di posisi ini biasanya dilakukan oleh atlet
lari, sepeda, rugbi, dan atlet seni bela diri.
6. Wrist Pre-Cut: Digunakan di lengan bagian atas hingga telapak
tangan. Biasa digunakan oleh atlet renang, petinju, golf, dan atlet tenis.
7. Upper Knee Pre-Cut: Hampir sama dengan Full Knee Pre Cut.
Bedanya,Upper Knee Pre-Cut dipasang melingkari lutut hingga ke paha bagian
atas. Pemakaian kinesio di posisi ini biasanya dilakukan oleh atlet rugbi,
bersepeda, tenis, badminton, dan atlet lari.
8. Hip Pre-Cut: Dipasang dari paha bagian samping hingga pinggul.
Sering digunakan oleh atlet berkuda.
9. Lower Back Pre-Cut: Kinesio
macam ini dipasang di bagian punggung bagian bawah. Sering digunakan oleh atlet
renang dan sepak bola. David Beckham adalah pengguna plester jenis ini.
10. Lymphatic Pre-Cut: Plester ini dipasang pada paha bagian depan. Atlet
lari, renang dan sepak bola biasa menggunakan jenis ini.
11. Postural Pre-Cut: Kinesio ini ditempelkan di bagian punggung bagian
tengah. Namun tak seperti Lower Back Pre-Cut yang dipasang melebar. Postural Pre-Cut
cuma dengan menggunakan dua Garis plester. Sering digunakan oleh atlet lari,
sepeda, dan pebola.
12. Elbow Pre-Cut: Plester dipasang di bagian siku tangan. Biasa digunakan
oleh perenang, pebola, dan petinju.
Infrared (
Inframerah ) merupakan salah satu alat yang sudah lazim seklai digunakan
oleh para fisioterapis. Inframerah adalah radiasi elektromagnetik dari panjang
gelombang lebih panjang dari cahaya tampak, tetapi lebih pendek dari radiasi
gelombang radio.Pancaran gelombang
elektromagnetik dengan panjang gelombang 7.700 – 4 juta Amstrong. Berdasarkan
panjang gelombang maka infra red dapat diklasifikan menjadi :
a.Gelombang panjang (non – penetrating)
Panjang gelombang di
atas 12.000 A sampai dengan 150.000 A, daya penetrasi sinar ini
hanya sampai kepada
lapisan superficial epidermis, yaitu sekitar 0,5 mm.
b.Gelombang Pendek
Panjang gelombang
antara 7.700 – 12.000 A. daya penetrasi lebih dalam dari yang
gelombang panjang,
yaitu sampai sub cutan kira – kira dapat mempengaruhi secara
langsung terhadap
pembuluh darah kapiler, pembuluh darah lymphe, ujung – ujung saraf
dan struktur lain
dibawah kulit.
Pengaruh fisiologis sinar infra merah jika diabsorpsi oleh kulit
akan meningkatkan temperatur suhu tubuh dan pengaruh lainnya antara lain :
2. Meningkatkan proses metabolisme
Seperti yang telah
dikemukakan oleh hokum Vant’t Hoff bahwa suatu reaksi kimia akan dapat
dipercepat dengan
adanya panas atau kenaikan temperatur akibat pemanasan. Proses
metabolism terjadi pada
lapisan superfiscial kulit akan meningkat sehingga pemberian
oksigen da nutrisi
kepada jaringan lebih diperbaiki,begitu juga pengeluaran sisa – sisa
pembakaran.
3. Vasodilatasi pembuluh darah
Dilatasi pembuluh darah
kapiler dan arteriolae akan terjadi segera setelah penyinaran,
sehingga kulit akan
segera tampak kemerah –merhan tetapi tidak merata, berkelompok –
kelompok atau seperti
bergaris – garis. Reaksi kemerah – merahan pada kulit disebut juga
erythema yaitu
disebabkan oleh adanya energy panas yang diterima ujung –ujung saraf
sensoris yang kemudian
mempengaruhi mekanisme pengaturan panas (heat regulating
mechanism).
4. Pigmentasi
Penyinaran yang
berulang – ulang dengan sinar infra red akan menimbulkan pigmentasi pada
tempat ysng disinari.
Hal tersebut terjadi karena adanya perusakan pada sebagian sel – sel
darah merah ditempat
tersebut.
5. Pengaruh terhadap urat saraf sensorik
Mild heating (pemanasan yang
ringan) mempunyai pengaruh sedative terhadap ujung – ujung
saraf sensoris,
sedangkan pemanasan yang berat akan menimbulkan iritasi. Hal ini disebabkan
oleh pengaruh pengaruh
ultra violet yang terkandung didalamnya.
6. Pengaruh terhadap
jaringan otot
Kenaikan temperatur disamping
membantu proses rileksasi juga akan meningkatkan
kemampuan otot untuk
berkontraksi. Spasme akibat penumpukan asam laktat dan sisa
metabolism juga dapat
dihilangkan dengan pemanasan.
7. Destruksi jaringan
Hal ini bias terjadi apabila
penyinaran yang diberikan cukup tinggi dan berlangsung dalam
waktu yang cukup lama
atau diluar toleransi penderita.
8. Menaikkan temperatur
tubuh
Penyinaran yang luas dalam
waktu yang relative lama dapat meningkatkan temperatur tubuh.
Hal ini terjadi oleh karena penyinaran akan
mempengaruhi darah dan jaringan yag ada di
superficial kulit, panas ini kemudian akan
diteruskan ke seluruh tubuh denga cara konveksi
dan konduksi.
9. Mengaktifkan kerja
kelenjar keringat
Pengaruh rangsangan panas yang
dibawa ujung saraf sensoris dapat mengakifkan kerja
kelenjar keringat
sehingga terjadi pengeluaran keringat pada daerah yang diberi penyinaran.
Efek teraupetik yang diperoleh dari infra red, antara lain :
a.Relief of pain ( mengurangi rasa sakit)
Ada beberaps pendapat
mengenai mekanisme pengurangan rasa nyeri, yaitu :
1) ikut terbuang
sehingga rasa nyeri berkurang.
2) Rasa nyeri bisa juga
karena adanya pembengkakan, sehingga dengan pengaruh pemberian
mild heating, maka
terjadi pengurangan nyeri disebabkan oleh adanya efek sedative pada
superficial sensory
nerve ending.
3) Apabila diberi
stronger heating, maka akan terjadi counter irritation yang menimbulkan
penguranga nyeri
4) Rasa nyeri
ditimbulkan oleh karena adanya akumulasi sisa – sisa hasil metabolism yang
disebut zat “p” yang
menumpuk dalam jaringan. Dengan adanya sinar infra red akan
memperlancar
sirkulasi darah, maka pengurangan odema (bengkak) akan berkurangan
seiring dengan
pengurangan nyeri.
b.Muscle relaxation (relaksasi otot)
Relaksasi akan lebih
mudah dicapai bila jaringan otot dalam keadaan hangat dan rasa nyeri
tidak ada. Oleh karena
itu, suhu tubuh yang meningkatkan akan menghilangkan spasme dan
membuat rileksasi otot.
c.Meningkatkan supply darah
Adanya kenaikan
temperatur akan menimbulkan vasodilatasi sehingga terjadi peningkatan
supply darah ke
jaringan setempat yang bermanfaat untuk penyembuhan luka dan
pencegahan infeksi
pada jaringan superficial.
d.Menghilangkan sisa – sisa metabolism
Penyinaran di daerah
yang luas akan mengaktifkan glandula gudoifera (kelanjar keringat) di
seluruh tubuh, maka
akan terjadi peningkatan pembuangansisa metabolism melalui keringat.
10. Indikasi dari sinar infra red
Antara lain :
a.Kondisi setelah peradangan sub – akut, seperti sprain, muscle
strain, contusion
b.Arthritis seperti : Rheumatoid arthritis, osteoarthritis, mialgia,
neuritis
c.Gangguan sirkulasi daran, seperti : tromboplebitis, Raynold’s
disease
Terapi ultrasound
adalah metode pengobatan yang menggunakan teknologi ultrasound atau gelombang
suara untuk merangsang jaringan tubuh yang mengalami kerusakan. Walaupun telah
lama digunakan di bidang kedokteran untuk berbagai tujuan, teknologi ultrasound
lebih dikenal sebagai alat pemeriksaan daripada sebagai alat terapi. Salah satu
keuntungan terapeutik dari ultrasound yang belum terlalu dikenal adalah
pengobatan cedera otot. Oleh karena itu, terapi ultrasound sering digunakan
dalam pengobatan muskuloskeletal dan cedera akibat olahraga.
Keberhasilan penggunaan
teknologi ultrasound sebagai alat terapi bergantung pada kemampuannya untuk
merangsang jaringan yang ada di bawah kulit dengan menggunakan gelombang suara
frekuensi tinggi, mulai dari 800.000 Hz – 2.000.000 Hz. Efek penyembuhan dari
ultrasound pertama ditemukan pada sekitar tahun 1940. Awalnya, terapi ini hanya
digunakan oleh terapis fisik dan okupasi. Namun, saat ini penggunaan terapi
ultrasound telah menyebar ke cabang ilmu kedokteran lainnya.
1. Fisika Dasar Ultrasound
a. Efektif
Radiating Area (ERA)
Permukaan tranduser tidak semuanya memancarkan
gelombang ultrasound melainkan
hanya permukaan tertentu yang disebut efektif
radiating area. Oleh sebab itu ERA
merupakan tolak ukur yang tentu dalam penentuan
dosis. Sifat bekas gelombang
Ultrasound
Sifat
berkas gelombang ultrasound dibedakan atas dua bagian yaitu :
Area
Convergensi, ciri-cirinya adalah :
1) Terjadi gejala
interferensi pada daerah yang tidak homogen pada berkas tersebut
sehingga timbul variasi intensitas yang besar
yang disebut dengan intensity peaks
sedangkan gejala interferensi
yang tidak homogen disebut Beams Non Uniformity
Ratio (BNR). BNR tidak bisa
dihilangkan sama sekali. Nilai normalnya adalah 4
sampai 6 kali intensity peaks
2) Bentuk berkasnya
convergensi dimana panjang area convergensi ditentukan oleh
diameter tranduser
3) Penyebaran
berkasnya lebih terpusat, hal ini juga tergantung pada frekuensi dan
diameter tranduser, dimana bila frekuensi tinggi maka panjang area
convergensi akan
panjang demikian pula jika tranduser besar maka area konvergensi semakin
panjang
Area Divergensi, ciri-cirinya adalah :
1) Tidak
terjadi gejala interferensi yang menyebabkan berkas gelombang sama
2) Berkas
gelombang yang menyebar
b. Fenomena
fisik yang terjadi pada ultrasound
1) Bentuk
Gelombang
Bentuk gelombang ultrasound
adalah longitudinal yang memerlukan medium yang
elastis sebagai media
perlambatan. Setiap medium elastis kecuali yang hampa udara.
Gelombang elastis longitudinal
menyebabkan kompresi dan ekspansi medium pada
jarak
separuh gelombang yang menyebabkan variasi tekanan pada medium
2) Refleksi
atau pemantulan
Refleksi atau pemantulan terjadi
bila gelombang ultrasound melalui dua media yang
berbeda. Banyaknya energi yang
dipantulkan tergantung independence acuistik spesifik
dari berbagai media.Karena faktor
pemantulan gelombang pada permukaan media,
maka
energi paling besar pada jaringan interface.
3) Penyebaran
Gelombang ultrasound
Penyebaran gelombang ultrasound
atau divergensi dalam tubuh timbul karena adanya
divergen dan adanya refleksi. Di
dalam jaringan bundel ultrasound dapat menyebar oleh
karena adanya refleksi sehingga
timbul efek-efek di luar daerah pancaran bundle
ultrasound
4) Penyerapan
dan Penetrasi Ultrasound
Jika gelombang ultrasound masuk
ke dalam jaringan maka efek yang diharapkan adalah
efek biologis. Oleh karena adanya
penyerapan tersebut maka semakin dalam gelombang
ultrasound masuk dan
intensitasnya semakin berkurang. Gelombang ultrasound diserap
oleh jaringan dalam berbagai
ukuran tergantung pada frekuensi, frekuensi rendah
penyerapannya lebih sedikit
dibandingkan dengan frekuensi tinggi. Jadi ada
ketergantungan antara frekuensi,
penyerapan dan kedalaman efek dari gelombang
ultrasound. Disamping itu refleksi,
koefisien penyebaran menentukan penyebarluasan
ultrasound
di dalam jaringan tubuh.
Tabel 1. Koefisien Penyerapan pada Frekuensi 1 MHz
dan 3 MHz
Medium
Frek.
1 MHz
Frek.
3 MHz
Darah
Pembuluh
darah
Tulang
Kulit
Tulang
rawan
Udara
Tendon
Otot
Lemak
Air
(20°C)
Serabut
saraf
0,028
0,4
3,22
0,62
1,16
2,27
1,12
0,76
0,28
0,14
0,0006
0,2
0,084
1,2
-
1,86
3,48
8,28
3,38
2,28
0,84
0,42
0,0018
0,6
Dari tabel di atas, nampak ada dua nilai absorbsi di
dalam jaringan otot. Adanya perbedaan yang penting disini adalah karena arah
dari bundel ultrasound terhadap jaringan otot. Pertama, jika bundel ultrasound
jatuh secara tegak lurus terhadap jaringan otot. Kedua, jika bundel ultrasound
berjalan sejajar dengan jaringan otot. Pada keadaan yang kedua nilai
absorbsinya hampir tiga kali lebih kecil. Sebuah satuan yang lebih praktis
dalam hal penyebaran adalah Half Value Depth atau jarak nilai setengah (HVD). Yang
dimaksud jarak nilai setengah adalah jarak dimana intensitas dari ultrasound
dalam suatu media tertentu tinggal separuh. Jarak nilai setengah ini ditentukan
koefisien penyerapan
Tabel 2. Jarak Nilai Setengah Pada Beberapa Medium
Medium
Frek.
1 MHz
Frek.
3 MHz
Tulang
Kulit
Tulang
rawan
Udara
Tendon
Otot
Lemak
Air
(200C)
2,1
mm
11,1
mm
6
m
2,5
mm
2,5
mm
9
mm
24,6
mm
50
mm
11500
mm
-
4
mm
2
mm
0,8
mm
0,8
mm
3
mm
16,5
mm
16,5
mm
3833,3
mm
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa banyaknya
energi ultrasound diserap dalam jaringan tendon dan jaringan tulang rawan.
Penetrasi terdalam, dimana efek terapeutik masih bisa kita harapkan dinyatakan
dalam istilah “Penetration Depth” adalah merupakan suatu titik dimana
intensitas ultrasound yang diberikan masih tersisa 10%
5) Pembiasan
Pembiasan gelombang ultrasound
ditentukan oleh nilai indeks tiap-tiap media pada
jaringan, dimana indeks bias
ditentukan oleh kecepatan gelombang ultrasound pada
tiap-tiap medium. Nilai indeks
bias (n) = 1 berarti tiap pembiasan sedangkan nilai
indeks bias lebih dari 1 berarti
pembiasan mendekati garis normal dan jika indeks bias
kurang dari 1 berarti pembiasan
menjauhi garis normal. Besarnya pembiasan ditentukan
oleh
sudut datang dan kecepatan gelombang suara pada media yang dilaluinya.
6) Coupling
Media
Untuk dapat meneruskan gelombang
ultrasound ke dalam jaringan tubuh maka
dibutuhkan suatu medium yang
berada antar tranduser dan permukaan tubuh yang akan
diultrasound Adapun ciri-ciri
coupling media yang baik pada penggunaan ultrasound
secara
umum adalah :
a) Bersih dan
steril
b) Tidak terlalu
cair kecuali metode under water
c) Tidak terlalu
cepat diserap oleh kulit
d) Transparansi
e) Mudah
dibersihkan
2. Efek Ultrasound
a. Efek Mekanik
Bila gelombang ultrasound masuk ke
dalam tubuh maka akan menimbulkan pemampatan
dan peregangan dalam jaringan sama
dengan frekuensi dari mesin ultrasound sehingga
terjadi variasi tekanan dalam
jaringan. Dengan adanya variasi tersebut menyebabkan efek
mekanik yang sering disebut dengan
istilah “micromassage” yang merupakan efek
terapeutik yang sangat penting
karena hampir semua efek ini sangat diharapkan sehingga
pada
daerah micro tissue damage baru yang memacu proses inflamasi fisiologis.
b. Efek
Panas
Micromassage pada jaringan akan
menimbulkan efek “friction” yang hangat. Panas yang
ditimbulkan oleh jaringan tidak sama
tergantung dari nilai “acustic independance”,
pemilihan bentuk gelombang, intensitas yang
digunakan dan durasi pengobatan. Area
yang paling banyak mendapatkan panas
adalah jaringan “interface” yaitu antara kulit dan
otot serta periosteum. Hal ini
disebabkan oleh adanya gelombang yang diserap dan
dipantulkan. Agar efek panas tidak
terlalu dominan digunakan intermitten ultrasound yang
efek mekanik lebih dominan
dibandingkan efek panas. Pada tendon dan otot akan
meningkatkan temperatur sebesar 0,07
derajat Celcius perdetik. Pengukuran ini dilakukan
pada
sebuah model jaringan otot. Jadi tanpa adanya efek regulasi dari sirkulasi
darah.
c. Efek
Biologis
Efek lain dari micromassage adalah
efek biologis yang merupakan refleks fisiologis dari
pengaruh mekanik dan pengaruh panas.
Efek biologis yang ditimbulkan oleh ultrasound
antara
lain :
1) Meningkatkan
sirkulasi darah
Salah satu efek yang
ditimbulkan oleh ultrasound adalah panas sehingga tubuh
memberikan reaksi terhadap
panas tersebut yaitu terjadinya vasodilatasi, hal tersebut
disebabkan oleh :
a) Adanya pembebasan zat-zat pengiritasi
jaringan yang merupakan konsekuensi dari
sel-sel tubuh yang rusak sebagai
akibat dari mekanisme vibrasi
b) Adanya
iritasi langsung pada serabut saraf efferent atau bermielin tebal. Iritasi ini
mengakibatkan
terjadinya post excitatory depression dalam aktivitas
orthosympatik
2) Rileksasi
Otot
Dengan adanya efek panas maka
akan mengakibatkan vasodilatsi pembuluh darah
sehingga terjadi perbaikan
sirkulasi darah yang mengakibatkan rileksasi otot. Hal ini
disebabkan oleh karena
zat-zat pengiritasi diangkut oleh darah disamping itu efek
vibrasi ultrasound
mempengaruhi serabut afferent secara langsung dan
mengakibatkan rileksasi otot.
3) Meningkatkan
Permeabilitas Membran
Melalui mekanisme getaran
gelombang ultrasound maka cairan tubuh akan didorong
ke membran sel yang
menyebabkan perubahan konsentrasi ion sehingga
mempengaruhi nilai ambang dari sel-sel.
4) Mempercepat
proses penyembuhan jaringan
Dengan pemberian ultrasound
akan menyebabkan terjadinya vasodilatasi pembuluh
darah sehingga meningkatkan
suplai bahan makanan pada jaringan lunak dan juga
terjadi peningkatan antibody
yang mempermudah terjadinya perbaikan jaringan yang
rusak. Disamping itu akibat
dari efek panas dan efek mekanik yang ditimbulkan oleh
ultrasound menyebabkan terjadinya
kerusakan jaringan secara fisiologis yang
mengakibatkan terjadinya
reaksi radang yang diikuti oleh terlepasnya “P” substance,
prostaglandin, bradikin dan
histamine yang mengakibatkan terangsangnya serabut
saraf bermyelin tipis
sehingga timbul rasa nyeri. Namun dengan terangsangnya “P”
substance tersebut
mengakibatkan proses induksi proliferasi akan lebih terpacu
sehingga mempercepat terjadinya penyembuhan
jaringan yang mengalami cedera.
Reaksi “P” substance bersama neurotransmitter lainnya
seperti histamine, bradikinin
dan prostaglandin merupakan
kelompok senyawa amin yang ikut berperan dalam
reaksi radang yang terjadi
oleh karena adanya kerusakan jaringan akibat trauma atau
stimulus mekanik, stimulus
elektris maupun stimulus kimia. Reaksi “P” substance
tersebut dapat bersifat
vascular dan reaksi seluler yang pada prinsipnya memacu
induksi proliferasi
fibroblast pada fase pembentukan jaringan kollagen muda sebagai
proses regenerasi awal yang
dimulai sejak 24-30 jam pertama. “P” substance juga
merupakan salah satu
neurotransmitter yang sangat bermanfaat bagi dimulainya
proses regenerasi jaringan.
Pada fase akut nocisensorik akan teriritasi oleh reaksi
kimia akibat “P” substance di
sekitar lesi. Dengan demikian maka pada fase akut
suatu peradangan akan ditandai dengan nyeri yang hebat.
5) Mengurangi
Nyeri
Nyeri dapat dikurangi dengan
menggunakan ultrasound, selain dipengaruhi oleh efek
panas juga berpengaruh
langsung pada saraf. Hal ini disebabkan oleh karena
gelombang pula dengan
intensitas rendah sehingga dapat menimbulkan pengaruh
sedative dan analgesi pada
ujung saraf afferent II dan IIIa sehingga diperoleh efek
terapeutik berupa pengurangan nyeri
sebagai akibat blockade aktivitas pada HPC
melalui serabut saraf tersebut.
d. Indikasi Ultrasound
1) Kelainan-kelainan
/ penyakit pada jaringan tulang sendi dan otot
Mengenai Saya
Arsip Blog