Ultrasound
Terapi ultrasound
adalah metode pengobatan yang menggunakan teknologi ultrasound atau gelombang
suara untuk merangsang jaringan tubuh yang mengalami kerusakan. Walaupun telah
lama digunakan di bidang kedokteran untuk berbagai tujuan, teknologi ultrasound
lebih dikenal sebagai alat pemeriksaan daripada sebagai alat terapi. Salah satu
keuntungan terapeutik dari ultrasound yang belum terlalu dikenal adalah
pengobatan cedera otot. Oleh karena itu, terapi ultrasound sering digunakan
dalam pengobatan muskuloskeletal dan cedera akibat olahraga.
Keberhasilan penggunaan
teknologi ultrasound sebagai alat terapi bergantung pada kemampuannya untuk
merangsang jaringan yang ada di bawah kulit dengan menggunakan gelombang suara
frekuensi tinggi, mulai dari 800.000 Hz – 2.000.000 Hz. Efek penyembuhan dari
ultrasound pertama ditemukan pada sekitar tahun 1940. Awalnya, terapi ini hanya
digunakan oleh terapis fisik dan okupasi. Namun, saat ini penggunaan terapi
ultrasound telah menyebar ke cabang ilmu kedokteran lainnya.
1. Fisika Dasar Ultrasound
a. Efektif
Radiating Area (ERA)
Permukaan tranduser tidak semuanya memancarkan
gelombang ultrasound melainkan
hanya permukaan tertentu yang disebut efektif
radiating area. Oleh sebab itu ERA
merupakan tolak ukur yang tentu dalam penentuan
dosis. Sifat bekas gelombang
Ultrasound
Sifat
berkas gelombang ultrasound dibedakan atas dua bagian yaitu :
Area
Convergensi, ciri-cirinya adalah :
1) Terjadi gejala
interferensi pada daerah yang tidak homogen pada berkas tersebut
sehingga timbul variasi intensitas yang besar
yang disebut dengan intensity peaks
sedangkan gejala interferensi
yang tidak homogen disebut Beams Non Uniformity
Ratio (BNR). BNR tidak bisa
dihilangkan sama sekali. Nilai normalnya adalah 4
sampai 6 kali intensity peaks
2) Bentuk berkasnya
convergensi dimana panjang area convergensi ditentukan oleh
diameter tranduser
3) Penyebaran
berkasnya lebih terpusat, hal ini juga tergantung pada frekuensi dan
diameter tranduser, dimana bila frekuensi tinggi maka panjang area
convergensi akan
panjang demikian pula jika tranduser besar maka area konvergensi semakin
panjang
Area Divergensi, ciri-cirinya adalah :
1) Tidak
terjadi gejala interferensi yang menyebabkan berkas gelombang sama
2) Berkas
gelombang yang menyebar
b. Fenomena
fisik yang terjadi pada ultrasound
1) Bentuk
Gelombang
Bentuk gelombang ultrasound
adalah longitudinal yang memerlukan medium yang
elastis sebagai media
perlambatan. Setiap medium elastis kecuali yang hampa udara.
Gelombang elastis longitudinal
menyebabkan kompresi dan ekspansi medium pada
jarak
separuh gelombang yang menyebabkan variasi tekanan pada medium
2) Refleksi
atau pemantulan
Refleksi atau pemantulan terjadi
bila gelombang ultrasound melalui dua media yang
berbeda. Banyaknya energi yang
dipantulkan tergantung independence acuistik spesifik
dari berbagai media.Karena faktor
pemantulan gelombang pada permukaan media,
maka
energi paling besar pada jaringan interface.
3) Penyebaran
Gelombang ultrasound
Penyebaran gelombang ultrasound
atau divergensi dalam tubuh timbul karena adanya
divergen dan adanya refleksi. Di
dalam jaringan bundel ultrasound dapat menyebar oleh
karena adanya refleksi sehingga
timbul efek-efek di luar daerah pancaran bundle
ultrasound
4) Penyerapan
dan Penetrasi Ultrasound
Jika gelombang ultrasound masuk
ke dalam jaringan maka efek yang diharapkan adalah
efek biologis. Oleh karena adanya
penyerapan tersebut maka semakin dalam gelombang
ultrasound masuk dan
intensitasnya semakin berkurang. Gelombang ultrasound diserap
oleh jaringan dalam berbagai
ukuran tergantung pada frekuensi, frekuensi rendah
penyerapannya lebih sedikit
dibandingkan dengan frekuensi tinggi. Jadi ada
ketergantungan antara frekuensi,
penyerapan dan kedalaman efek dari gelombang
ultrasound. Disamping itu refleksi,
koefisien penyebaran menentukan penyebarluasan
ultrasound
di dalam jaringan tubuh.
Tabel 1. Koefisien Penyerapan pada Frekuensi 1 MHz
dan 3 MHz
Medium
|
Frek.
1 MHz
|
Frek.
3 MHz
|
Darah
Pembuluh
darah
Tulang
Kulit
Tulang
rawan
Udara
Tendon
Otot
Lemak
Air
(20°C)
Serabut
saraf
|
0,028
0,4
3,22
0,62
1,16
2,27
1,12
0,76
0,28
0,14
0,0006
0,2
|
0,084
1,2
-
1,86
3,48
8,28
3,38
2,28
0,84
0,42
0,0018
0,6
|
Dari tabel di atas, nampak ada dua nilai absorbsi di
dalam jaringan otot. Adanya perbedaan yang penting disini adalah karena arah
dari bundel ultrasound terhadap jaringan otot. Pertama, jika bundel ultrasound
jatuh secara tegak lurus terhadap jaringan otot. Kedua, jika bundel ultrasound
berjalan sejajar dengan jaringan otot. Pada keadaan yang kedua nilai
absorbsinya hampir tiga kali lebih kecil. Sebuah satuan yang lebih praktis
dalam hal penyebaran adalah Half Value Depth atau jarak nilai setengah (HVD). Yang
dimaksud jarak nilai setengah adalah jarak dimana intensitas dari ultrasound
dalam suatu media tertentu tinggal separuh. Jarak nilai setengah ini ditentukan
koefisien penyerapan
Tabel 2. Jarak Nilai Setengah Pada Beberapa Medium
Medium
|
Frek.
1 MHz
|
Frek.
3 MHz
|
Tulang
Kulit
Tulang
rawan
Udara
Tendon
Otot
Lemak
Air
(200C)
|
2,1
mm
11,1
mm
6
m
2,5
mm
2,5
mm
9
mm
24,6
mm
50
mm
11500
mm
|
-
4
mm
2
mm
0,8
mm
0,8
mm
3
mm
16,5
mm
16,5
mm
3833,3
mm
|
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa banyaknya
energi ultrasound diserap dalam jaringan tendon dan jaringan tulang rawan.
Penetrasi terdalam, dimana efek terapeutik masih bisa kita harapkan dinyatakan
dalam istilah “Penetration Depth” adalah merupakan suatu titik dimana
intensitas ultrasound yang diberikan masih tersisa 10%
5) Pembiasan
Pembiasan gelombang ultrasound
ditentukan oleh nilai indeks tiap-tiap media pada
jaringan, dimana indeks bias
ditentukan oleh kecepatan gelombang ultrasound pada
tiap-tiap medium. Nilai indeks
bias (n) = 1 berarti tiap pembiasan sedangkan nilai
indeks bias lebih dari 1 berarti
pembiasan mendekati garis normal dan jika indeks bias
kurang dari 1 berarti pembiasan
menjauhi garis normal. Besarnya pembiasan ditentukan
oleh
sudut datang dan kecepatan gelombang suara pada media yang dilaluinya.
6) Coupling
Media
Untuk dapat meneruskan gelombang
ultrasound ke dalam jaringan tubuh maka
dibutuhkan suatu medium yang
berada antar tranduser dan permukaan tubuh yang akan
diultrasound Adapun ciri-ciri
coupling media yang baik pada penggunaan ultrasound
secara
umum adalah :
a) Bersih dan
steril
b) Tidak terlalu
cair kecuali metode under water
c) Tidak terlalu
cepat diserap oleh kulit
d) Transparansi
e) Mudah
dibersihkan
2. Efek Ultrasound
a. Efek Mekanik
Bila gelombang ultrasound masuk ke
dalam tubuh maka akan menimbulkan pemampatan
dan peregangan dalam jaringan sama
dengan frekuensi dari mesin ultrasound sehingga
terjadi variasi tekanan dalam
jaringan. Dengan adanya variasi tersebut menyebabkan efek
mekanik yang sering disebut dengan
istilah “micromassage” yang merupakan efek
terapeutik yang sangat penting
karena hampir semua efek ini sangat diharapkan sehingga
pada
daerah micro tissue damage baru yang memacu proses inflamasi fisiologis.
b. Efek
Panas
Micromassage pada jaringan akan
menimbulkan efek “friction” yang hangat. Panas yang
ditimbulkan oleh jaringan tidak sama
tergantung dari nilai “acustic independance”,
pemilihan bentuk gelombang, intensitas yang
digunakan dan durasi pengobatan. Area
yang paling banyak mendapatkan panas
adalah jaringan “interface” yaitu antara kulit dan
otot serta periosteum. Hal ini
disebabkan oleh adanya gelombang yang diserap dan
dipantulkan. Agar efek panas tidak
terlalu dominan digunakan intermitten ultrasound yang
efek mekanik lebih dominan
dibandingkan efek panas. Pada tendon dan otot akan
meningkatkan temperatur sebesar 0,07
derajat Celcius perdetik. Pengukuran ini dilakukan
pada
sebuah model jaringan otot. Jadi tanpa adanya efek regulasi dari sirkulasi
darah.
c. Efek
Biologis
Efek lain dari micromassage adalah
efek biologis yang merupakan refleks fisiologis dari
pengaruh mekanik dan pengaruh panas.
Efek biologis yang ditimbulkan oleh ultrasound
antara
lain :
1) Meningkatkan
sirkulasi darah
Salah satu efek yang
ditimbulkan oleh ultrasound adalah panas sehingga tubuh
memberikan reaksi terhadap
panas tersebut yaitu terjadinya vasodilatasi, hal tersebut
disebabkan oleh :
a) Adanya pembebasan zat-zat pengiritasi
jaringan yang merupakan konsekuensi dari
sel-sel tubuh yang rusak sebagai
akibat dari mekanisme vibrasi
b) Adanya
iritasi langsung pada serabut saraf efferent atau bermielin tebal. Iritasi ini
mengakibatkan
terjadinya post excitatory depression dalam aktivitas
orthosympatik
2) Rileksasi
Otot
Dengan adanya efek panas maka
akan mengakibatkan vasodilatsi pembuluh darah
sehingga terjadi perbaikan
sirkulasi darah yang mengakibatkan rileksasi otot. Hal ini
disebabkan oleh karena
zat-zat pengiritasi diangkut oleh darah disamping itu efek
vibrasi ultrasound
mempengaruhi serabut afferent secara langsung dan
mengakibatkan rileksasi otot.
3) Meningkatkan
Permeabilitas Membran
Melalui mekanisme getaran
gelombang ultrasound maka cairan tubuh akan didorong
ke membran sel yang
menyebabkan perubahan konsentrasi ion sehingga
mempengaruhi nilai ambang dari sel-sel.
4) Mempercepat
proses penyembuhan jaringan
Dengan pemberian ultrasound
akan menyebabkan terjadinya vasodilatasi pembuluh
darah sehingga meningkatkan
suplai bahan makanan pada jaringan lunak dan juga
terjadi peningkatan antibody
yang mempermudah terjadinya perbaikan jaringan yang
rusak. Disamping itu akibat
dari efek panas dan efek mekanik yang ditimbulkan oleh
ultrasound menyebabkan terjadinya
kerusakan jaringan secara fisiologis yang
mengakibatkan terjadinya
reaksi radang yang diikuti oleh terlepasnya “P” substance,
prostaglandin, bradikin dan
histamine yang mengakibatkan terangsangnya serabut
saraf bermyelin tipis
sehingga timbul rasa nyeri. Namun dengan terangsangnya “P”
substance tersebut
mengakibatkan proses induksi proliferasi akan lebih terpacu
sehingga mempercepat terjadinya penyembuhan
jaringan yang mengalami cedera.
Reaksi “P” substance bersama neurotransmitter lainnya
seperti histamine, bradikinin
dan prostaglandin merupakan
kelompok senyawa amin yang ikut berperan dalam
reaksi radang yang terjadi
oleh karena adanya kerusakan jaringan akibat trauma atau
stimulus mekanik, stimulus
elektris maupun stimulus kimia. Reaksi “P” substance
tersebut dapat bersifat
vascular dan reaksi seluler yang pada prinsipnya memacu
induksi proliferasi
fibroblast pada fase pembentukan jaringan kollagen muda sebagai
proses regenerasi awal yang
dimulai sejak 24-30 jam pertama. “P” substance juga
merupakan salah satu
neurotransmitter yang sangat bermanfaat bagi dimulainya
proses regenerasi jaringan.
Pada fase akut nocisensorik akan teriritasi oleh reaksi
kimia akibat “P” substance di
sekitar lesi. Dengan demikian maka pada fase akut
suatu peradangan akan ditandai dengan nyeri yang hebat.
5) Mengurangi
Nyeri
Nyeri dapat dikurangi dengan
menggunakan ultrasound, selain dipengaruhi oleh efek
panas juga berpengaruh
langsung pada saraf. Hal ini disebabkan oleh karena
gelombang pula dengan
intensitas rendah sehingga dapat menimbulkan pengaruh
sedative dan analgesi pada
ujung saraf afferent II dan IIIa sehingga diperoleh efek
terapeutik berupa pengurangan nyeri
sebagai akibat blockade aktivitas pada HPC
melalui serabut saraf tersebut.
d. Indikasi Ultrasound
1) Kelainan-kelainan
/ penyakit pada jaringan tulang sendi dan otot
2) Keadaan-keadaan
post traumatik
3) Fraktur
4) Rheumathoid
Arthritis pada stadium tidak aktif
5) Kelainan
/ penyakit pada sirkulasi darah
6) Penyakit-penyakit
pada organ dalam
7) Kelainan
/ penyakit pada kulit
8) Luka
bakar
9) Jaringan
parut oleh karena operasi
10) Kontraktur
e. Kontra
Indikasi Ultrasound
1) Mata
2) Jantung
3) Uterus
pada wanita hamil
4) Epiphysela
plates
5) Testis
6) Post
laminectomi
7) Hilangnya
sensibilitas
8) Tumor
9) Diabetes
Mellitus (DM)
10) Trombhoplebitys dan
Varises
Cara Kerja Terapi ULTRASOUND
0 komentar: