Ø Latar Belakang
Frozen shoulder merupakan
rasa nyeri yang mengakibatkan keterbatasan lingkup gerak sendi (LGS) pada bahu.
Mungkin timbul karena adanya trauma, mungkin juga timbul secara perlahan-lahan
tanpa tanda-tanda atau riwayat trauma.Keluhan utama yang dialami adalah nyeri
dan penurunan kekuatan otot penggerak sendi bahu dan keterbatasan LGS terjadi
baik secara aktif atau pasif.Frozen shoulder secara pasti belum
diketahui penyebabnya. Namun kemungkinan terbesar penyebab dari frozen
shoulder antara lain tendinitis, rupture rotator cuff, capsulitis,
post immobilisasi lama, trauma serta diabetes mellitus. Respon
autoimmunal terhadap rusaknya jaringan lokal yang diduga menyebabkan penyakit
tersebut (Appley,1993). Capsulitis adhesive ditandai dengan adanya keterbatasan
luas gerak sendi glenohumeral yang nyata, baik gerakan aktif maupun pasif.Ini
adalah suatu gambaran klinis yang dapat menyertai tendonitis, infark miokard,
diabetus mellitus, fraktur immobilisasi lama, atau redukulus cervicalis (Heru P
kuntono, 2004).
Frozen shoulder juga dapat
disebabkan oleh trauma langsung pada bahu, immobilisasi atau disuse
dalam jangka waktu lama misalnya terjadi fraktur disekitar bahu yang pada fase
penyembuhannya tidak diikuti dengan gerak aktif yang dilakukan secara teratur
pada bahunya, disamping itu juga karena faktor immunologi serta hubungannya
dengan penyakit lain misalnya: Tuberkulosa paru, hemiparase,ischemic heart
desease, bronchitis kronis dan Diabetus Melitus. Diduga ini merupakan respon autoimun
karena rusaknya jaringan lokal (Appley, 1997).
Diantara beberapa faktor yang
menyebabkan frozen shoulder adalah capsulitis adhesiva. Keadaan
ini disebabkan karena suatu peradangan yang mengenai kapsul sendi dan dapat
menyebabkan perlengketan kapsul sendi dan tulang rawan, ditandai dengan nyeri
bahu yang timbul secara perlahan-lahan, nyeri yang semakin tajam, kekakuan dan
keterbatasan gerak. Pada pasien yang menderita capsulitis adhesiva
menimbulkan keluhan yang sama seperti pada penderita yang mengalami peradangan
pada jaringan disekitar sendi yang disebut dengan periarthritis, keadaan
ini biasanya timbul gejala seperti tidak bisa menyisir karena nyeri disekitar
depan samping bahu. Nyeri tersebut terasa pula saatb lengan diangkat untuk
mengambil sesuatu dari saku kemeja, ini berarti gerakan aktif dibatasi oleh
nyeri. Tetapi bila mana gerak pasif diperiksa ternyata gerakan itu terbatas karena
adanya suatu yang menahan yang disebabkan oleh perlengketan. Gangguan sendi
bahu sebagian besar didahului oleh adanya rasa nyeri, terutama rasa nyeri
timbul sewaktu menggerakan bahu, penderita takut menggerakan bahunya. Akibat
immobilisasi yang lama maka otot akan berkurang kekuatannya (Shidarta, 1984).
Aspek
fisioterapi sindroma nyeri bahu pada kondisi
frozen shoulder akibat capsulitis adhesiva ini
fisioterapis berperan dalam mengurangi nyeri ,meningkatkan luas gerak sendi
(LGS) mencegah kekakuan lebih lanjut dan mengembalikan kekuatan otot serta
meningkatkan aktifitas fungsional pasien. Untuk mengatasinya banyak modalitas
fisioterapi yang dapat digunakan disini penulis mengambil modalitas fisioterapi
berupa penggunaan Short Wave Diathermy(SWD), terapi manipulasi dan
terapi latihan serta latihan fungsional.
Ø Definisi
Istilah frozen shouder hanya digunakan
untuk penyakait yang sudah diketahui dengan baik yang ditandai dengan nyeri dan
kekakuan progresif bahu yang berlangsung 18 bulan. Proses peradangan dari
tendonitis kronis tapi perubahan-perubahan peradangan kemudian menyebar
melibatkan seluruh cuff dan capsul (Appley, 1993).
Selama peradangan berkurang jaringan
berkontraksi kapsul menempel pada kaput humeri dan guset sinovial intra
artikuler dapat hilang dengan perlengketan. Frozen merupakan kelanjutan lesi rotator
cuff, karena degenerasi yang progresif. Jika berkangsung lama otot rotator
akan tertarik serta memperlengketan serta memperlihatkan tnada-tanda penipisan
dan fibrotisasi. Keadaan lebih lanjut, proses degenerasi diikuti erosi tuberculum
humeri yang akan menekan tendon bicep dan bursa subacromialis sehingga
terjadi penebalan dinding bursa. Frozen shoulder dapat pula terjadi
karena ada penimbunan kristal kalsium fosfat dan karbonat pada rotator cuff.
Garam ini tertimbun dalam tendon, ligamen, kapsul serta dinding pembuluh darah.
Penimbunan pertama kali ditemukan pada tendon lalu kepermukaan dan menyebar
keruang bawah bursa subdeltoid sehingga terjadi rardang bursa, terjadi
berulang-ulang karena tekiri terus-menerus menyebabkan penebalan dinding bursa,
pengentalan cairan bursa, perlengketandinding dasar dengan bursa sehingga
timbul pericapsulitis adhesive akhirnya terjadi frozen shoulder (Mayo, 2007).
Frozen shoulder dibagi 2 Klasifikasi,
yaitu :
A) Primer/ idiopetik frozen shoulder
Yaitu frozen yang tidak diketahui
penyebabnya. Frozen shoulder lebih banyak terjadi pada wanita dari pada pria
dan biasanya terjadi usia lebih dari 41 tahun. Biasanya terjadi pada lengan
yang tidak digunakan dan lebih memungkinkan terjadi pada orang-orang yang
melakukan pekerjaan dengan gerakan bahu yang lama dan berulang.
B) Sekunder frozen shoulder
Yaitu frozen yang diikuti trauma yang
berarati pada bahu misal fraktur, dislokasi, luka baker yang berat, meskipun
cedera ini mungkin sudah terjadi beberapa tahun sebelumnya.
A) Anatomi
Fungsional Sendi Bahu (Shoulder Joint)
Secara anatomi
sendi bahu merupakan sendi peluru (ball and socket joint) yang terdiri
atas bonggol sendi dan mangkuk sendi, gambar 2. 2. Cavitas sendi bahu
sangat dangkal, sehingga memungkinkan seseorang dapat menggerakkan lengannya
secara leluasa dan melaksanakan aktifitas sehari-hari. Namun struktur yang
demikian akan menimbulkan ketidakstabilan sendi bahu dan ketidakstabilan ini
sering menimbulkan gangguan pada bahu.
Sendi bahu
merupakan sendi yang komplek pada tubuh manusia dibentuk oleh tulang-tulang
yaitu : scapula (shoulder blade),clavicula (collar bone), humerus (upper arm
bone), dan sternum. Daerah persendian bahu mencakup empat sendi,
yaitu sendi sternoclavicular, sendi glenohumeral, sendi acromioclavicular,
sendi scapulothoracal. Empat sendi tersebut bekerjasama secara secara
sinkron. Pada sendi glenohumeralsangat luas lingkup geraknya karena caput
humeri tidak masuk ke dalam mangkok karena fossa glenoidalis dangkal
(Sidharta, 1984).
Berbeda dngan
cara berpikir murni anatomis tentang gelang bahu, maka bila dipandang dari
sudut klinis praktis gelang bahu ada 5 fungsi persendian yang kompleks, yaitu:
a.
Sendi Glenohumerale
Sendi glenohumeral dibentuk oleh
caput humeri yang bulat dan cavitas glenoidalisscapula yang
dangkal dan berbentuk buah per. Permukaan sendi meliputi oleh rawan hyaline,
dan cavitas glenoidalis diperdalam oleh adanya labrum glenoidale
(Snell, 1997).
Dibentuk oleh caput humerrus
dengan cavitas glenoidalisscapulae, yang diperluas dengan adanya cartilago
pada tepi cavitas glenoidalis, sehingga rongga sendi menjadi lebih
dalam. Kapsul sendi longgar sehingga memungkinkan gerakan dengan jarak gerak
yang lebih luas. Proteksi terhadap sendi tersebut diselenggarakan oleh acromion,
procecus coracoideus, dan ligamen-ligamen. Tegangan otot diperlukan
untuk mempertahankan agar caput humerus selalu dipelihara pada cavitas
glenoidalisnya.
Ligamen-ligamen yang
memperkuat sendi glenohumeral antara lain ligamenglenoidalis, ligamenhumeral
tranversum, ligamencoraco humeral dan ligamencoracoacromiale,
serta kapsul sendi melekat pada cavitas glenoidalis dan collum
anatomicum humeri (Snell, 1997).
Ligament yang
memperkuat antara lain:
A) ligamentumcoraco humerale, yang
membentang dari procesus coracoideus sampai
tuberculum humeri.
B) ligament coracoacromiale, yang
membemtang dari procesus coracoideus sampai
acromion.
C) ligament glenohumerale, yang
membentang dari tepi cavitas glenoidalis ke colum
anatobicum, dan ada 3
buah yaitu:
a)
ligament gleno humerale superior, yang melewati
articulatio sebelah cranial
b)
Ligament glenohumeralis medius, yang
melewati articulatio sebelah ventral.
c)
Ligamentum gleno humeralis inferius, yang
melewati articulation sebelah inferius.
Bursa-bursa
yang ada pada shoulder joint:
1)
Bursa otot latisimus dorsi, terletak
pada tendon otot teres mayor dan tendon latisimus dorsi.
2)
Bursa infra spinatus, terdapat pada tendon infra
spinatus dan tuberositashumeri.
3)
Bursa otot pectoralis mayor, terletak pada
sebelah depan insersio otot pectoralis mayor.
4)
Bursa subdeltoideus,
terdapat diatas tuberositas mayus humeri dibawah otot deltoideus.
5)
Bursa ligament coraco clavikularis, terletak
diatas ligamentum coracoclaviculare.
6)
Bursa otot subscapularis terletak
diantar sisi glenoidalis scapulae dengan otot subscapularis.
7)
Bursa subcutanea acromialis, terletak
diatas acromion dibawah kulit
Ada dua tipe dasar gerakan tulang atau osteokinematika
pada sendi glenoidal yaitu rotasi atau gerakan berputar pada suatu aksis
dan translasi merupakan gerakan menurut garis lurus dan kedua gerakan
tersebut akan menghasilkan gerakan tertentu dalam sendi atau permukaan sendi
yang disebut gerakan artrokinematika.Rotasi tulang atau gerakan
fisiologis akan menghasilkan gerakan roll-gliding di dalam sendi dan translasi
tulang menghasilkan gerakan gliding, traction ataupun compression
dalam sendi yang termasuk dalam joint play movement (Mudatsir, 2002).
Ada dua tipe dasar gerakan tulang atau osteokinematika
adalah rotasi atau gerakan berputar pada suatu aksis dan translasi
merupakan gerakan menurut garis lurus dan kedua gerakan tersebut akan
menghasilkan gerakan tertentu dalam sendi atau permukaan sendi yang disebut
gerakan artrokinematika. Rotasi tulang atau gerakan fisiologis
akan menghasilkan gerakan roll-gliding di dalam sendi dan translasi
tulang menghasilkan gerakan gliding, traction ataupun compression
dalam sendi yang termasuk dalam joint play movement (Mudatsir, 2002).
Gerakan arthrokinematika pada
sendi gleno humeralyaitu : (1) gerakan fleksi terjadi rollingcaput
humeri ke anterior, sliding ke posterior (2) gerakan abduksi
terjadi rollingcaput humeri ke cranio posterior, sliding
ke caudo ventral (3) gerakan eksternal rotasi terjadi rollingcaput
humeri ke dorso lateral, sliding ke ventro medial (4)
gerakan internal rotasi terjadi rollingcaput humeri ke ventro
medial dan sliding ke dorso lateral (Kapanji, 1982).
b.
Sendi sterno
claviculare
Dibentuk oleh extremitas glenoidalis
clavikula, dengan incisura clavicularis sterni. Menurut bentuknya
termasuk articulation sellaris, tetapi fungsionalnya glubiodea.
Diantar kedua facies articularisnya ada suatu discus articularis
sehingga lebih dapat menyesuikan kedua facies
articularisnya dan sebagai cavum srticulare. Capsula articularis
luas,sehingga kemungkinan gerakan luas.
Ligamentum
yang memperkuat:
1)
ligamentum interclaviculare, yang
membentang diantara medial extremitassternalis, lewat sebelah cranial
incisura jugularis sterni.
2) ligamentum costoclaviculare, yang
membentang diantara costae pertama sampai permukaan bawah clavicula.
3) ligamentum sterno claviculare, yang
membentang dari bagian tepi caudal incisura clavicularis sterni,
kebagian cranial extremitas sternalis claviculare.
Gerak osteokinematika yang
terjadi adalah gerak elevasi 45° dan gerak depresi 70°, serta protraksi
30° dan retraksi 30°. Sedangkan gerak osteokinematikanya
meliputi: (1) gerak protraksi terjadi roll clavicula kearah ventral
dan slide kearah ventral, (2) gerak retraksi terjadi roll
clavicula kerah dorsal dan slide kearah dorsal, (3)
gerak elevasi terjadi roll kearah cranial dan slide kearah
caudal, gerak fleksi shoulder 10° (sampai fleksi 90°)
terjadi gerak elevasi berkisasr 4°, (4) gerak depresi terjadi roll
ke arah caudal dan slide clavicula kearah cranial.
c. Sendi acromioclaviculare
Dibentuk oleh extremitas
acromialisclavicula dengan tepi medial dari acromion scapulae.
Facies articularisnya kecil dan rata dan dilapisi oleh fibro
cartilago. Diantara facies articularis ada discus artucularis.
Secara morfologis termasuk ariculatio ellipsoidea, karena facies
articularisnya sempit, dengan ligamentum yang longgar.
Ligamentum yang memperkuatnya:
1)
ligamentacromio claiculare, yamg membentang
antara acromion dataran ventral sampai dataran caudal
clavicula.
2)
ligament coraco clavicuculare, terdiri dari 2
ligament yaitu:
a) Ligamentum conoideum, yang
membentang antara dataran medial procecuscoracoideus sampai dataran caudal
claviculare.
b) Ligamentum trapezoideus, yang
membentang dari dataran lateral procecuscoraoideus sampai dataran bawah clavicuare,
Gerak osteokinematika sendi acromio
clavicularis selalu berkaitan dengan gerak pada sendi scapulothoracalis saat
elevasi diatas kepala maka terjadi rotasi clavicula mengitari
sumbu panjangnya. Rotasi ini menyebabkan elevasi clavicula, elevasi
tersebut pada sendi sterno clavicularis kemudian 30% berikutnya pada rotasi
clavicula.
d. Sendi subacromiale
Sendi subacromiale berada
diantara arcus acromioclaviculare yang berada di sebelah cranial dari
caput serta tuberositas humeri yang ada di sebeleh caudal,
dangan bursa subacromiale yang besar bertindak sebagai rongga sendi.
e. Sendi scapulo thoracic
Sendi scapulo
thoracic bukan sendi yang sebenarnya, hanya berupa pergerakan scapula terhadap
dinding thorax [(Sri surini, dkk),2002].
Gerak osteokinematika
sendi ini meliputi gerakan kerah medial lateral yang dalam klinis
disebut down ward-up wardrotasi juga gerak kerah cranial-caudal
yang dikenal dengan gerak elevasi-depresi.
Join play
movement adalah istilah yang digunakan pada Manipulative
therapy untuk menggambarkan apa yang terjadi didalam sendi ketika dilakukan
gerakan translasi, gerakan-gerakan tersebut dilakukan secara pasif oleh
terapis pada saat pemeriksaan maupun terapi. Ada 3 macam joint play movement:
(1). Traction/ traksi, (2). Compression/ kompresi, (3). Gliding.
1)
Gliding
Gliding yaitu gerakan
permukaan sendi dimana hanya ada satu titik kontak pada satu permukaan sendi
yang selalu kontak dengan titik kontak yang baru (selalu berubah) pada
permukaan sendi laannya. Arah gliding permukaan sendi sesuai dengan
hukum konkaf konvek yaitu : jika permukaan sendi konkaf, maka
arah gliding berlawanan dengan gerakan tulang. Sedangkan bila permukaan
sendi konvek maka arah gliding searah dengan gerakan tulang. Untuk sendi
bahu arah gliding berlawanan dengan arah gerakan tulang, karena
pertmukaan sendi konfek bergerak peda permukaan sendi konkaf
(caput humei dengan cavitas glenoidal).
2)
Traksi
Traksi adalah
gerakan translasi tulang yang arah geraknya tegak lurus dan menjauhi bidang
terapi sehimgga terjadi peregangan sendi, biasanya dapat mengurangi nyeri pada
sendi,
3)
Kompresi
Kompresi adalah
gerakan translasi tulang yang arahnyategak lurus tetapi kedua pernukaan sendi
saling mendekati, biasanya akan menimbulkan nyeri (mudatsir, 2007).
Pelaksanaan Join Play movement :
Join Play dilakukan dengan pasien
pada posisi tidur terlentang, rileks. Adapun gerakannya yaitu; backward
glide of the humerus, forward glide of the humerus, lateral distraction of the
humerus, caudal glide of the humerus, backward glide of the humerus in
abduktion, lateral distraktion of the humerus in abduktion, anterior posterior
dan cepalo caudal movement the clavicula in acromio clavicula, anterior
posterior dan cepalo caudal movement the clavicula in sterno clavicula, dan general
movement of the scapula (magee).
A.
Patologi
Patologinya dikarakteristikan dengan adanya kekakuan kapsul
sendi oleh jaringan fibrous yang padat dan selular. Berdasarkan susunan intra
articular adhesion, penebalan sinovialakan berlanjut ke keterbatasan articular
cartilago. Berkurangnya cairan sinovial pada sendi sehingga terjadi perubahan
kekentalan cairan tersebut yang menyebabkan penyusutan pada kapsul sendi,
sehingga sifat ekstensibilitas pada kapsul sendi berkurang dan akhirnya terjadi
perlekatan. Tendinitis bicipitalis, calcificperitendinitis, inflamasi rotator
cuff, frkatur atau kelainan ekstra articular seperti angina pectoris, cervical
sponylosis, diabetes mellitus yang tidak mendapatkan penanganan secara tepat
maka kelama-lamaan akan menimbulkan perlekatan atau dapat menyebabkan adhesive
capsulitis. Adhesive capsulitis dapat menyebabkan patologi jaringan yang
menyebabkan nyeri dan menimbulkan spasme, degenerasi juga dapat menyebabkan
nyeri dan dapat menimbulkan spasme.
Selama peradangan berkurang jaringan berkontraksi kapsul
menempel pada kaput humeri dan guset sinovial intra artikuler dapat hilang
dengan perlengketan. Frozen merupakan kelanjutan lesi rotator cuff, karena
degenerasi yang progresif. Jika berkangsung lama otot rotator akan tertarik serta
memperlengketan serta memperlihatkan tnada-tanda penipisan dan fibrotisasi.
Keadaan lebih lanjut, proses degenerasi diikuti erosituberculum humeri yang
akan menekan tendon bicep dan bursa subacromialis sehingga terjadi penebalan
dinding bursa.
Frozen shoulder dapat pula terjadi karena ada penimbunan
kristal kalsium fosfat dan karbonat pada rotator cuff. Garam ini tertimbun
dalam tendon, ligamen, kapsul serta dinding pembuluh darah. Penimbunan pertama
kali ditemukan pada tendon lalu kepermukaan dan menyebar keruang bawah bursa
subdeltoid sehingga terjadi rardang bursa, terjadi berulang-ulang karena tekiri
terus-menerus menyebabkan penebalan dinding bursa, pengentalan cairan bursa,
perlengketan dinding dasar dengan bursa sehingga timbul pericapsulitis adhesive
akhirnya terjadi frozen shoulder.
Faktor immobilisasi juga merupakan salah satu faktor
terpenting yang juga dapat menyebabkan perlekatan intra, ekstra selular pada
kapsul dan ligamen, kemudian kelenturan jaringan menjadi menurun dan
menimbulkan kekakuan. Semua organ yang disekeliling jaringan lunak, terutama
tendon supraspinatus terlibat dalam perubahan patologi. Fibrotic ligamen
coracohumeral cenderung normal dari tendon bicep caput longum juga rusak
(robek). Keterlibatan tendon bicep berpengaruh secara signifikan dalam
penyebaran nyeri ke anterior sendi glenohumeral yang berhubungan dengan
adhesive capsulitis.
Menurut
Kisner (1996) frozen shoulder dibagi dalam 3 tahap, yaitu :
1.Pain
(Freezing) :
Ditandai dengan adanya nyeri hebat
bahkan saat istirahat, gerakan sendi bahu menjadi
terbatas selama 2-3 minggu dan masa
akut ini berakhir sampai 10-36 minggu.
2.Stiffness (Frozen) :
Ditandai dengan nyeri saat bergerak,
kekakuan atau perlengketan yang nyata dan
keterbatasan gerak dari glenohumeral
yang diikuti oleh keterbatasan gerak scapula.
Fase ini berakhir 4-12 bulan.
3. Recovery (Thawing) :
Pada fase ini tidak ditemukan adanya
rasa nyeri dan tidak ada synovitis tetapi terdapat
keterbatasan gerak karena
perlengketan yang nyata. Fase ini berakhir 6-24 bulan atau
lebih.
Problematik Frozen shoulder
Frozen
shoulder merupakan gangguan pada sendi bahu yang menimbulkan nyeri dan
keterbatasan luas gerak sendi (LGS) pada sendi glenohumeral. Adanya rasa nyeri
dapat mengganggu penderita dalam melakukan aktifitas. Biasanya nyeri ini akan
timbul saat melakukan aktifitas, seperti : mengangkat tangan ke atas waktu
menyisir rambut, menggosok punggung sewaktu mandi, menulis dipapan tulis,
mengambil sesuatu dari saku belakang celana, mengambil atau menaruh sesuatu di atas
dan kesulitan saat memakai atau melepas baju. Hal ini akan menyebabkan pasien
enggan menggerakkan sendi bahunya yang akhirnya dapat memperberat kondisi yang
ada sehingga dapat menimbulkan gangguan dalam gerak dan aktifitas fungsional
keseharian (Wiratno, 1988).
Sedangkan
sifat keterbatasan frozen shoulder ditandai dengan : (1) mengikuti pola
kapsular (capsular pattern), yang ditandai dengan gerak eksorotasi lebih nyeri
dan terbatas dari gerakan abduksi serta lebih terbatas lagi dari endorotasi.
(eksorotasi > abduksi > endorotasi), (2) bukan pola kapsuler (non
capsular pattern), yaitu keterbatasan gerak dan nyeri terjadi pada arah gerak
tertentu, tergantung dari topis lesi, misalnya keterbatasan ke arah endorotasi
atau abduksi saja (Heru Purbo Kuntono, 2007).
Problematika
pada frozen shoulder berupa nyeri dan keterbatasan gerak akan menyebabkan
keluhan pada keterbatasan fungsi berupa ketidakmampuan untuk menggosok punggung
saat mandi, menyisir rambut, kesulitan dalam berpakaian, mengambil dompet dari
saku belakang, kesulitan memakai pakaian dalam bagi wanita dan gerakan- gerakan
fungsional yang lain yang melibatkan sendi bahu (Apley, 1993). Akibat
selanjutnya penderita frozen shoulder akan mendapatkan hambatan dalam aktifitas
sosial masyarakat karena keadaannya.
B. Etiologi
Etiologi dari frozen shoulder
akibat capsulitis adhesiva masih belum diketahui dengan pasti. Adapun
faktor predisposisinya antara lain periode immobilisasi yang lama, akibat
trauma, over use, injuries atau operasi pada sendi, hyperthyroidisme,
penyakit cardiovascular,clinical depression dan Parkinson.
Adapun beberapa teori yang
dikemukakan AAOS tahun 2007
mengenai frozen shoulder,
teori tersebut adalah :
A) Teori hormonal.
Pada umumnya frozen shoulder terjadi
60% pada wanita bersamaan dengan
datangnya menopause.
B) Teori genetik.
Beberapa
studi mempunyai komponen genetik dari frozen shoulder, contohnya ada
beberapa kasus dimana kembar identik pasti menderita pada saat yang
sama.
C) Teori auto immuno.
Diduga penyakit ini merupakan respon auto immuno terhadap
hasil-hasil rusaknya
jaringan lokal.
D) Teori postur.
Banyak studi yang belum diyakini bahwa berdiri lama dan berpostur tegap
menyebabkan pemendekan pada salah satu ligamen bahu.
C.
Patofisiologi
Kapsul sendi terdiri dari selaput penutup
fibrosa padat, suatu lapisan dalamnya terbentuk dari jaringn penyambung
berpembuluh darah banyak sinovium, yang
terbentuk suatu kantong yang melapisi seluruh sendi dan membukus tendon-tendon
yang melintasi sendi, sinovium tidak meluas melampaui permukaan sendi tetapi
terlipat sehingga memungkinkan gerakan secara penuh. Sinovium menghasilkan
cairan yang sangat kental yang membasahi permukaan sendi. Cairan sinovium
normalnya bening dan tidak membeku. Jumlah dipermukaan sendi relatif kecil (1-3
ml). Cairan sinovium juga bertindak
sebagai nutrisi bagi tulang rawan sendi. Capsulitis adhesiva merupakan lanjutan
dari resi rotator cuff, karena terjadi peradangan atau degenerisasi yang meluas
kesekitar dan kedalam kapsul sendi yang mengakibatkan terjadinya reaksi fibrous,
adanya reaksi fribrous dapat di perburuk akibat terlalu lama membiarkan lengan
dalam posisi impingement yang terlalu
lama.
Sindroma
nyeri bahu sangat komplek dan sulit untuk diidentifikasi satu per satu bagian
secara detail. Guna memahami penyebab dan patologi sindroma nyeri bahu, maka
dikelompokkan menjadi :
a. Faktor
penyebab:
1. Faktor penyebab gerak dan fungsi,
yang terkait dengan aktivfitas gerak dan struktur
anatomi.
2. Faktor pentebab secara neurogenik yan
berkaitan dengan keluhan neurologik yang
menyertai baik secara langsung mauupun
tidak langsung yang berupa rujukan.
b. Berdasarkan
sifat keluhan nyeri bahu dapat dikelompokkan menjadi 2
Yaitu:
1.Kelompok spesifik, mengikuti pola
kapsuler dan
2.Kelompok tidak spesifik sebagai
kelompok yang bukan mengikuti pola kapsuler.
Slot Machines - JammyCity - Casino - KTM Hub
BalasHapusSlots Machines. Slot Machines 수원 출장안마 are a type of casino where 춘천 출장안마 players place bets on one particular 화성 출장마사지 reel or reel 부천 출장샵 set by the dealer. The 계룡 출장안마 more games a player makes, the better